Balcony

Trackimage Playbut Trackname Playbut Trackname
Pink Hair, Green Eyes 00:00 Tools
Pink Hair, Green Eyes - Instrumental 00:00 Tools
Parking Lots 00:00 Tools
You're So Cool (feat. Liv Dawson) 00:00 Tools
Inside Out 00:00 Tools
Hope 00:00 Tools
Slow Down 00:00 Tools
Amy's Overdose, Part II 00:00 Tools
Dark Days 00:00 Tools
The Seal Who Became Famous 00:00 Tools
Running 00:00 Tools
Stay Strong, For Life, Always 00:00 Tools
Grand Slam (Huevos Rancheros) 00:00 Tools
Amy's Overdose, Part I 00:00 Tools
Flower City 00:00 Tools
Intermission 00:00 Tools
Satisfied 00:00 Tools
Touch 00:00 Tools
Jobriath 00:00 Tools
Cemetery 00:00 Tools
Kuya Ngora 00:00 Tools
Now Power 00:00 Tools
KAFIR 00:00 Tools
From the Urban Ghettos 00:00 Tools
Spreading The Chaos 00:00 Tools
batas tanpa akhir 00:00 Tools
Ini Sudah Cukup 00:00 Tools
Jati Diri 00:00 Tools
Believe 00:00 Tools
Koloni Hitam 00:00 Tools
Feeling You 00:00 Tools
Aku Menolak 00:00 Tools
Khianat 00:00 Tools
urban ghettos 00:00 Tools
brotherhood 00:00 Tools
Go Home 00:00 Tools
politics 00:00 Tools
Pink Hair, Green Eyes - DRKTMS Remix 00:00 Tools
Monodramatik 00:00 Tools
Bebas Bicara 00:00 Tools
Injustice 00:00 Tools
Tak Bertuan 00:00 Tools
Impair 00:00 Tools
Sama Rata 00:00 Tools
Hancur 00:00 Tools
Useless 00:00 Tools
Speak Out 00:00 Tools
Klepto 00:00 Tools
Rangkaian Mimpi 00:00 Tools
Lemah Nyata 00:00 Tools
Don't Leave Me Blind 00:00 Tools
Society In Suffering 00:00 Tools
modern world 00:00 Tools
suara sampah 00:00 Tools
From The Urban Gettos 00:00 Tools
Basa Basi 00:00 Tools
Terbuang 00:00 Tools
Hate 00:00 Tools
Pink Hair, Green Eyes - Brunswick Remix 00:00 Tools
Seret 00:00 Tools
Nothingness 00:00 Tools
Reckless Life 00:00 Tools
Pink Hair, Green Eyes - RIBB[]N Remix 00:00 Tools
Memoar '98 (feat Homicide) 00:00 Tools
Ilustrasi Matahari 00:00 Tools
Dog For You 00:00 Tools
The Rumour Said Fire (row02- Edit) 00:00 Tools
A Cover Version 00:00 Tools
Floater 00:00 Tools
Deck the Halls 00:00 Tools
Amys Overdose, Part II 00:00 Tools
Triumphs 00:00 Tools
Disco Classic 00:00 Tools
Ujung Hati 00:00 Tools
Spreadin The Chaos 00:00 Tools
Life On Downers 00:00 Tools
hhattp 00:00 Tools
H.H.A.T.T.P 00:00 Tools
Memoar '98 (feat. Homicide) 00:00 Tools
Memoar '98 (Featuring Homicide) 00:00 Tools
04 - They School 00:00 Tools
06 - Ilustrasi Matahati 00:00 Tools
By All This 00:00 Tools
Politics (hypodancing - mix) 00:00 Tools
Pink Hair, Green Eyes - Khonsu the Child Remix 00:00 Tools
02 - Bebas Bicara 00:00 Tools
01 - Impair 00:00 Tools
03 - Rangkaian Mimpi 00:00 Tools
Memoar '98 00:00 Tools
2 Know U 00:00 Tools
They School 00:00 Tools
Ujung Hati (x-ninja mix) 00:00 Tools
Stonedead 00:00 Tools
Ilustrasi Matahati 00:00 Tools
Candy Factory 00:00 Tools
Balcony - From the urban gettos 00:00 Tools
Color 00:00 Tools
Balcony EP - ONE TRACK 00:00 Tools
From The Ghettos 00:00 Tools
  • 12,719
    plays
  • 1,433
    listners
  • 12719
    top track count

Sebuah Perjalanan Oktober, 1994. Sejak waktu inilah jawabannya jika pertanyaannya sejak kapan umur sebuah band ditentukan dari saat pertama di'resmikan' untuk berdiri. Namun Balcony saat itu belumlah menjadi 'kami', setidaknya meng-cover lagu-lagu Sick of it All dipanggung tidak membuat sebuah band menjadi HC, atau setidaknya jujur mewakili identitas dirinya sendiri. Fase tersebut baru kami lalui dan kami temukan yang lain setelah beberapa kali line-ups kami berganti. 1995-1996. Kami akhirnya memang memiliki catatan tersendiri pada tahun ini, dengan line-ups/formasi baru, Balcony mulai membawakan lagu-lagu sendiri yang banyak dipengaruhi oleh Sepultura, Slayer, Sick of it all, Bad Religion, dan entah apa lagi yang banyak kami dengarkan pada masa-masa puber kami. Namun satu hal, Balcony yang kami inginkan adalah sebuah identitas, dan mungkin itulah salah satu alasan dibelakang lagu "Flower City" kami. Kami ingin teriakan kalimat itu datang dari keinginan kita semua, menyeruak diantara euforia HC yang pada era 95-an merupakan sesuatu yang menginfiltrasi banyak kepala, mengingat aksesnya baru bisa kita semua dapatkan pada era ini. Scene, identitas, lagu baru, panggung, panggung dan panggung. 1997. Ya memang seperti itulah, seperti layaknya band-band sejenis (kami sebut sejenis dengan maksud stereotipikal band dimanapun juga) setelah melewati sekian banyak panggung akhirnya bulan September 1997, Instant Justice album pertama kami dirilis. Mencoba memfokuskan apa yang didapat saat itu, album ini merupakan identitas baru lagi buat kami. Album ini dengan kesederhanaannya, merupakan alat kami mengidentifikasi lingkungan kami, kehidupan sehari-hari kami, dengan masalah-masalah sosial di kiri-kanan kami. Paling tidak, identitas dan usaha kami mengidentifikasi tadi merupakan pesan lirik yang ingin kami sampaikan. Tak lebih. Instant Justice, menjadi harapan awal kami akan sebuah permulaan. 1998. Sebuah proses perubahan ditengah tahun ini mau tak mau mempengaruhi baik individu maupun scene ini. Panggung terhenti. Kegiatan terhenti tapi hidup jalan terus. 98 menyaksikan langit menghitam, dan identitas kami memudar diantaranya. Identitas yang membuat kami merasa perlu bertanya apakah masih perlu identitas? ketika kebencian membakar toko, amarah memperkosa hakmu, dan arogansi membuat barikade. Dan pada akhir tahun ini, kamipun harus merelakan beberapa dari kami untuk memilih jalan diluar sebuah band bernama Balcony.1998 adalah tahun penuh masalah bagi hampir semua orang dinegeri ini. 1999. Setelah prosesi 'meditasi', hampir setahun lebih kami memutuskan untuk merilis album kedua kami yang prosesnya berjalan selama 3 bulan (Juni-Agustus). Album kedua ini bagi kami merepresentasikan sedikit saja perubahan dari sekian banyak hal yang ingin kami rubah, entah dari musikal, lirik atau entah apapun itu. Namun album ini bagi kami, merupakan sebuah usaha total menghindari lubang stagnansi. Inilah hasil maksimal yang kami dapatkan. visi 12 lagu yang kami buat pun jauh dengan album kami pertama, kali ini bukan hanya permasalahan identitas, namun bagaimana, apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan identitas? Apa yang akan dilakukan ketika identitas menghilang dan terkarbonasi. Apakah hardcore harus mengidentitaskan dirinya dengan satu pola bermain gitar? Dengan satu pola bermain musik? Dengan riff-riff stereotip tiga nada itu? Apakah hardcore harus identik dengan tipikal kental yang ada pada album pertama kami, apakah hardcore berarti mengabdi pada satu definisi identitas. Mandeg dan tak bisa kemana-mana? Apakah hardcore itu? Apakah pernah kita tanyakan bagian hardcore sebelah mana kita mengidentifikasikan diri kita atau scene kita? Atau terlalu rumitkah untuk mengerti bahwa hardcore tak lebih sebagai media komunikasi bagi kita, hardcore adalah kami dan kalian, aku dan kamu. Sampai kita semua tak mampu lagi berkomunikasi, mengidentifikasikan diri kita dengan makna apapun.... 2000. Identitas baru kami dapatkan dari tahun yang penuh gejolak, dari sekian panggung, penggarapan materi baru dan juga banyak pengalaman dari luar bandung yang akan menggores sesuatu dimasa yang akan datang, kehadiran seorang anggota keluarga baru menambah wawasan kami, tahun dimana kami banyak mengalami masa sulit, pemblejetan otak, timbulnya idealisme-idealisme baru yang kami rasa memang harus ditelaah untuk sebuah masa yang akan kami lewati setelah ini. 2001.Awal tahun dimana kami harus bisa lebih dewasa dalam berbagai hal. Satu karya baru telah rampung dikerjakan dimana semua individu yang mendengarkan pasti akan merasa aneh dengan konsep yang ditawarkan, sebuah bentuk kolaborasi yang kami kerjakan ini adalah sebuah bentuk pernyataan kami untuk tidak terjebak oleh satu stereotip musik, satu hal yang mungkin menjadi sebuah catatan bagi kami bahwa secara musik atau ide kami tidak akan membatasinya sampai disitu, kami akan terus berkembang... atau bahkan mati tanpa jejak... 2003. Selama hampir 2 tahun kami tidak pernah merilis apa-apa. Inilah agenda hidup kolektif busuk Balcony dalam kurun waktu 2 tahun terakhir dalam bentuk rekaman kaset. 9 komposisi imajinar ini merupakan dedikasi kami kepada kalian yang selama ini telah menemani, mencacimaki dan meludahi kami dalam kehampaan hitam pekat yang banyak orang menyebutnya kehidupan. Sangat pekat sampai-sampai kami memerlukan kacamata hitam penawar pekat... sangat pekat sampai-sampai penglihatan kami sering berbeda dengan orang lain... Demi setan dan sekutunya kami tidak pernah dan tidak akan peduli! Begitu juga dengan agenda Metafora Komposisi Imajinar ini yang terdengar (lagi-lagi) lain dengan album-album kami sebelumnya. Kami hanya berusaha berbagi penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasaan kami selama 2 tahun terakhir lewat komposisi-komposisi imajinar ini. Mari kita pejamkan mata kita... naikkan level volume sampai 666%... ratakan lutut, lengan dan kepala kita dengan tanah... lalu kita muntah bersama-sama... Read more on Last.fm. User-contributed text is available under the Creative Commons By-SA License; additional terms may apply.