Elly Kasim

Trackimage Playbut Trackname Playbut Trackname
Ayam Den Lapeh 02:29 Tools
Ayam Swm Lapeh 02:29 Tools
Bareh Solok 02:38 Tools
Kudaku Lari 02:42 Tools
Kasiah tak sampai 02:51 Tools
dayuang palinggam 02:56 Tools
Lintuah 04:53 Tools
Cinto Ka Uda 02:51 Tools
bertemu kasih 02:56 Tools
'Ayam Swm Lapeh' / Pop Modern 02:56 Tools
Lansek Manih 02:56 Tools
Langkisau 04:52 Tools
Kelok 44 04:22 Tools
Mudiak Arau 02:16 Tools
Pantai Padang 03:26 Tools
Malam Bainai 04:22 Tools
rabab 03:12 Tools
Ayah 03:12 Tools
Serodja 02:51 Tools
Ampun Mandeh 02:53 Tools
Kabau Padati 04:29 Tools
Anak Salapan 02:51 Tools
Andam Oi 01:56 Tools
tjik2 periuk 02:41 Tools
Si Nona 02:43 Tools
Kuda Ku Lari 02:41 Tools
"Ayam Swm Lapeh" / Pop Modern 01:56 Tools
Peujeum Bandung 02:08 Tools
Terpaut Di Djokja 01:56 Tools
Ba Bendi-Bendi 04:09 Tools
Tinggalah kampuang 05:04 Tools
Bayangan Uda 02:38 Tools
Pasan Buruang 02:38 Tools
Gasiang Tangkurak 02:53 Tools
Furry 02:41 Tools
Ranuangkanlah 03:30 Tools
Djumpa Pertama 02:02 Tools
Oh Tuhanku 02:02 Tools
Mufdiah 02:32 Tools
ratok dagang 02:32 Tools
Abak Djo Amak 02:22 Tools
Lubuak Buayo 04:29 Tools
khayal penyair 04:29 Tools
Pesta Tahun Baru 02:38 Tools
Laruik Malam 02:38 Tools
  • 4,855
    plays
  • 1,071
    listners
  • 4855
    top track count

Elly Kasim (lahir di Tanjung Mutiara, Agam, Sumatera Barat, 27 September 1944; umur 69 tahun)merupakan seorang penyanyi berkebangsaan Indonesia yang sering membawakan lagu-lagu Minang. Kiprahnya dalam memperkenalkan kebudayaan Minangkabau, terutama tari dan nyanyi, telah diakui hingga ke mancanegara. Berkat suara emasnya, lagu-lagu Minang makin populer dan digemari masyarakat di luar daerah Padang. Tapi sayang, hingga saat ini belum juga bermunculan penerusnya, yaitu penyanyi-penyanyi Minang yang memiliki kemampuan seperti dia. Sejumlah lagu-lagu Minang yang dibawakan perempuan kelahiran Tiku, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 27 September 1944 itu, terkenal hingga hari ini. Sebut saja lagu AyamDen Lapeh, Barek Solok, Kaparinyo, Si Nona, Lamang tapai, Dayung Palinggam, Kelok Sembilan, Roda Padati, dan Mudiak Arau. Lagu-lagunya telah dimuat dalam puluhan piringan hitam, kaset, maupun VCD selama 45 tahun. Meski lagu-lagu yang dibawakannya adalah lagu daerah, tapi ia mampu menjadi legenda di antara penyanyi-penyanyi kawakan di Tanah Air. Hampir tiga perempat dari usianya dihabiskan Elly di Jakarta. Ketika usianya masih beberapa bulan, ibunya, Emma Effendy berpisah dengan ayahnya, Kasim. Ia pun diasuh oleh sang nenek di Jakarta. Lalu ketika mulai masuk sekolah dasar, neneknya yang berprofesi sebagai guru di Jakarta, pensiun dan memilih pulang ke kampung halaman. Elly pun kembali tinggal dengan ibunya dan ayah tirinya, Ali Umar di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dan meneruskan sekolahnya di sana. “Ketika saya akan naik kelas III SMP, kami sekeluarga pindah ke Pekanbaru, karena papa pindah tugas ke sana,” katanya. Menamatkan SMA-nya pada 1950-an, Elly pun hijrah kembali ke Jakarta sampai sekarang. Saat itu ia tinggal bersama salah seorang pamannya. Di tempat itulah ia mulai memasuki dunia tarik suara. Ketika tiba di Jakarta untuk kali kedua itu, lagu Minang berjudul Ayam Den Lapeh yang dianalogikan sebagai kehilangan kekasih, tengah populer dinyanyikan kelompok Orkes Gumarang. Tak hanya di Jakarta, lagu itu pun terdengar di hampir seluruh pelosok Padang setiap hari. “Lagu-lagu yang dibawakan Orkes Gumarang semuanya bagus-bagus sehingga disenangi masyarakat, bahkan tidak cuma oleh orang Padang tapi juga dari suku lain. Soalnya walau lagu Minang, tapi lagu-lagu mereka mudah dicerna dan dinikmati masyarakat dari luar Padang. Karena sering mendengarkan lagu-lagu mereka, saya pun jadi ingin bisa menyanyi. Saat itu usia saya sekitar 17 tahun,” ujar Elly yang dipersunting Nazif Basir ini. Ia pun mulai mencoba ikut tes menyanyi di Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta. Waktu itu televisi belum ada, dan untuk bisa bernyanyi di RRI harus mengikuti seleksi layaknya sebuah festival. Lagu Titik Puspa berjudul Esok Malam Kau Ku Jelang, yang dibawakannya ketika itu, membuatnya berhasil lolos seleksi. Selanjutnya ia diminta sang paman untuk bergabung bersama teman-temannya dalam kelompok band Minang, Gatario. Di kelompok band itu ia tampil bersama pimpinan orkes Kumbang Tjari, Nuskan Syarif. “Tidak lama setelah Nuskan Syarif bergabung bersama kami, datang tawaran rekaman. Waktu itu kami membawakan lagu berjudul Lamang Tapai, Mayang Ta’ Urai, Sala-lauak, dan lain-lain,” ia menjelaskan. Ia beruntung, karena sejak kehadiran Orkes Gumarang yang dipimpin Asbon Majid, lagu-lagu daerah Minang mulai digemari masyarakat luas, tidak terkecuali oleh masyarakat di luar Padang. Maka ketika album pertama mereka beredar, masyarakat pun menyambut baik. “Zaman dulu lagu daerah banyak diminati masyarakat, dan ujung tombak lagu daerah ketika itu lagu-lagu Minang. Dan pelopor lagu pop Minang adalah Orkes Gumarang. Setelah Orkes Gumarang muncul, barulah mulai bermunculan lagu-lagu daerah lain,” tuturnya. Read more on Last.fm. User-contributed text is available under the Creative Commons By-SA License; additional terms may apply.