Black Brothers

Trackimage Playbut Trackname Playbut Trackname
SAMAN DOYE 04:05 Tools
Give Me Loving 03:21 Tools
School Children 02:52 Tools
What a Time 02:51 Tools
Why Oh Why 02:47 Tools
Baby Come Back To Me 03:07 Tools
Born to Rule 02:08 Tools
Hari Kiamat 03:41 Tools
tanah dosa 02:45 Tools
Lonely World 02:22 Tools
Apuse 03:14 Tools
hilang 03:35 Tools
Black Brothers At Guitar Haven 01:46 Tools
Derita Tiada Akhir 03:14 Tools
Persipura 02:52 Tools
Terjalin Kembali 03:25 Tools
Huembello 03:04 Tools
kisah seorang pramuria 03:20 Tools
Sajojo 04:56 Tools
oh sonya 03:29 Tools
Warsaw 03:48 Tools
Balada Dua Remaja 02:58 Tools
LONCENG KEMATIAN 03:28 Tools
Terima Kasih 04:14 Tools
Kali kemiri 02:27 Tools
Gadis di Lembah Sunyi 03:24 Tools
Putus Ditengah Kerinduan 03:39 Tools
Cinta Dan Pramuria 00:00 Tools
Disconnect 03:12 Tools
school children (with the new establishment) 02:54 Tools
Washed up 00:00 Tools
Putus di Tengah Kerinduan 04:12 Tools
Tirai 03:24 Tools
Kenangan November 03:23 Tools
Birds 03:23 Tools
kenangan nopember 02:54 Tools
kuncup putih 03:21 Tools
Diru Diru Nina 03:30 Tools
Jayapura Diwaktu Malam 04:00 Tools
Irian Jaya 2 04:39 Tools
Dance Shoes 04:39 Tools
Huembelo I 04:26 Tools
Ino Mote Ngori 04:04 Tools
Hello 03:21 Tools
Irian Jaya 02:32 Tools
Juwita Malam 03:21 Tools
Keroncong Kenangan 02:32 Tools
Kr Kenangan 02:32 Tools
Juwita 04:02 Tools
Gigolo 04:26 Tools
When The Bloom Is On The Sage 04:26 Tools
The Night's Watch Oath (S54 16:9 Acapella) 04:26 Tools
Love Is Funny That Way 04:26 Tools
  • 13,583
    plays
  • 2,889
    listners
  • 13583
    top track count

Black Brothers are an eclectic band (music includes psychedelic rock, progressive rock & p-funk), from West Papua, Indonesia. They were founded by manager Andy Ayamiseba, with members inc: Hengky Sumanti Miratoneng (vocals, guitar), Benny Bettay (bass), August Rumwaropen (lead guitar, vocals), Stevy Mambor (vocals, drums), Yochi Patipeiluhu (keyboards), Willem Ayamiseba (percussion), David Rumagesang (sax) & Amri Kahar (trumpet). Their track "Saman Doye" appears on "Those Shocking Shaking Days" (V/A compilation, Jan 2011, Now Again). Kehadiran musisi-musisi berbakat dari wilayah paling Timur Indonesia di Jakarta pada awal 1976 sangatlah tepat. Saat itu memang dunia industri musik dan kegiatan pertunjukan musik rock sangat terbuka untuk menampung kreativitas para musisi. Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh sekumpulan musisi muda dari Papua yang menamakan grupnya Black Brothers. Grup ini didukung oleh Benny Betay (bass), Jochie Phiu (keyboard), Amry Tess (trompet), Stevie MR (drums), Hengky (lead guitar), Sandhy Betay (vokal), Marthy Messet (lead vocal), dan David (saxophone). Formasi grup ini juga dilengkapi dengan seorang manajer, Andi Ayamiseba untuk memudahkan mereka berkiprah secara profesional. Dengan komposisi yang cukup solid ini, tidaklah sulit bagi Black Brothers mengawali karier mereka di tengah hiruk pikuknya musik rock di Tanah Air. Setelah bermukim di Jakarta beberapa pekan (1976), mereka sudah mengikat kontrak main di sebuah restoran Jakarta. Ini berkat kepiawaian sang manajer melihat peluang di beberapa cafe dan resto yang cocok untuk warna musik Black Brothers dengan warna musik rock dan R&B yang mereka mainkan. Sebagai seorang manajer grup musik, ia melengkapi kebutuhan grupnya dengan pasukan musik tiup agar dapat memberikan ciri dan warna khas yang lebih nyata dari grup Black Brothers sekaligus cepat dikenal. Faktor keberuntungan rupanya tidak pernah berhenti menghinggapi grup ini. Selama berada di Jakarta, mereka pun mulai dilirik pihak produser rekaman untuk merealisasikan hasil karya cipta mereka yang sebelumnya telah ada. Di bawah label rekaman PT Irama Tara, Jakarta, maka Black Brothers melangkah lagi menuju dunia rekaman. Sang manajer Andy Ayamiseba mengatakan bahwa hal itu merupakan target utama mereka sejak awal. Bak gayung bersambut, Hartono Hendra, sang manajer Irama Tara merespons dengn antusias rekaman perdana ini dengan dalih untuk menyejajarkan musisi Papua agar lebih maju dan dikenal ke seluruh Indonesia. Kekuatan Kekuatan musik Black Brothers dibandingkan dengan grup musik lainnya adalah mereka dapat memainkan beragam warna musik, mulai dari pop, rock, jazz, blues, bahkan dangdut. Hal ini tidaklah mengherankan, karena sebelum Black Brothers terbentuk beberapa personelnya merupakan musisi yang bergeliat dengan musik entertainment yang ada di klab-klab malam di Irian maupun Manado. Melambungnya nama Black Brothers pascaalbum perdananya yang diberi judul Irian Jaya I, tidak dibarengi dengan citra positip sebagai pendatang baru. Pasalnya, dalam album perdana itu mereka memasukkan satu judul lagu Kisah Seorang Pramuria sebagai salah satu nomor andalan yang jauh sebelumnya telah dipopulerkan oleh grup The Mercys lewat vokal Charles Hutagalung untuk album mereka yang pertama. Dalam kasus ini sempat diisukan bahwa Black Brothers hanyalah sebagai grup yang mendompleng nama besar grup-grup yang sudah terkenal. Alhasil, Hengky M.S yang saat itu dalam formasi Black Brothers selain sebagai gitaris juga vokalis utama, segera melakukan klarifikasi. Ia mengatakan, ” Sebetulnya lagu itu punya kami sendiri. Saya yang mencipta. Saya buat pada 1972, ketika saya masih satu grup dengan Eddy Sumlang (adik Albert Sumlang, saxophonist the Mercys saat itu) dalam grup Galaxy’s 69 di Sorong, Papua.” Oleh Eddy lagu tersebut diambil dan dibawa ke Jakarta. Tak heran jika setelah itu ,lagu tersebut disebut-sebut sebagai ciptaan Albert Sumlang, dan Hengky M.S sendiri baru mengetahuinya setelah rekaman grup The Mercys tersebut baru beredar di wilayah Papua (1974). Sukses dalam rekaman, rupanya semakin menambah antusias pecinta musik di Tanah Air terhadap Black Brothers, mengingat nama Black Brothers pada awal terbentuknya disebut-sebut sebagai grup musik rock. Maka atas prakarsa sekumpulan mahasiswa Papua yang ada di Jakarta, pada 28 Desember 1976 di Istora Senayan Jakarta, Black Brothers di-duel meet-kan dengan grup SAS, asal Surabaya yang kala itu memang sedang melejit sebagai rock trio tangguh selain Superkid, Bandung. Yang patut dicungi jempol kepada grup ini, yaitu mereka cukup percaya diri dengan membawakan lagu ciptaan sendiri bertajuk Huambello sebagai lagu pembuka dengan lirik berbahasa Papua dan diaransir dengan warna musik hardrock yang cukup kental. Semakin tersohor Kekuatan lirik dan aransemen musik Black Brothers cukup mengundang simpati masyarakat pencinta musik Indonesia, baik melalui rekaman maupun dalam tampilan di panggung, membuat sang manajer Andy Ayamiseba mendapat inspirasi baru. Untuk menggebrak pentas-pentas pertunjukan dalam warna rock, ia tetap mempertahankan nama Black Brothers sebagai grup musik panggung. Sedangkan untuk memainkan musik-musik entertainment diberbagai klab malam di belahan kota Jakarta, ia mencomot beberapa musisi asal Papua lainnya untuk membentuk grup baru. Tak heran tawaran untuk pentas-pentas live semakin meningkat. Apalagi ketika dalam suatu acara pertunjukan musik di Gelora Saparua, Bandung pada akhir Januari 1977, grup ini ditampilkan bersama grup rock tuan rumah, Freedom yang dimotori oleh rocker kawakan Soleh Soegiarto dan grup Bani Adam,yang belum lama terbentuk dengan vokalis Faried Hardja. Di sini Black Brothers sudah mulai mengurangi dominasi unsur-unsur musik tiup (horn section) untuk lebih berkonsentrasi ke warna musik rock yang mereka mainkan. David Bethay, sang vokalis Black Brothers, berhasil memancing kepuasan penonton dengan lagu Huambello yang pernah mereka tampilkan sewaktu bersama grup SAS di Jakarta sebelumnya. Dengan mengenakan kostum tradisionil koteka, para personel Black Brothers terlihat sangat alami sekali untuk ukuran kostum suatu grup rock dalam pertunjukan musik. Sukses dengan album perdana, mereka pun meneruskan rekaman album kedua lewat musik yang lebih beragam dengan judul album Hari Kiamat. Album kedua ini pun menuai sukses, seperti album pertama, terlebih lagi mereka memasukkan lagu tradisionil Huambello dalam album ini. Begitu seterusnya sampai album-album berikutnya , semuanya mereka kerjakan di bawah label Irama Tara. Mulai meredup Keberhasilan Black Brothers menembus dunia musik Indonesia membuat beberapa personel mulai melakukan ancang-ancang untuk bersolo karier. Hengky M.S, kelahiran Pulau Talaud di Sulawesi Utara, sudah menyiapkan karya cipta sendiri untuk rekaman album solonya. Munculnya masalah internal di tubuh Black Brother mengakibatkan nama grup Black Brothers mulai meredup. Keberadaan Black Brothers sampai 1983, semakin kabur meskipun di dunia rekaman mereka sempat merilis album baru hasil kreatifitas para musisinya untuk tetap mempertahankan nama Black Brothers. Dengan dikeluarkannya album Black Brothers berbahasa Papua yang diberi judul 25 Tahun Black Brothers itu dianggap sebagai album terakhir mereka, selain album kolaborasi (modern) bertajuk Sajojo dengan beberapa nomor lagu daerah Papua. Kehadiran grup musik dari Timur Indonesia ini membangkitkan rasa musikalitas para musisi lain untuk mengikuti jejak pendahulunya. Tak heran jika grup-grup musik, seperti Black Papas, Black Sweet, Black Power, dan bahkan Black Family yang notabene menggunakan awalan ‘black’ lebih mencirikan tempat asal mereka terbentuk di tanah Papua. Padahal, grup musik rock yang lebih berkibar namanya setelah era Black Brothers, juga berasal dari tanah Papua ini, justru grup Airmood (tanpa pakai embel-embel nama ‘black’ untuk grupnya). DISKOGRAFI Album Grup: 1. Kisah Seorang Pramuria (Vol 1) Irama Tara 2. Derita Tiada Akhir (Vol 2) Irama Tara 3. Lonceng Kematian (Vol3) Irama Tara 4. Hilang Irama Tara 5. Nuru Aipani (lagu daerah Irian Jaya) Irama Tara 6. Oh Inanekeke (spesial senam nonstop) Irama Tara 7. Sajojo (spesial senam) Irama Tara 8. Mula Wakeke (west Papua) Irama Tara Album The Best: 1. 14 Lagu Terbaik Irama Tara 2. 22 Spesial Album Irama Tara 3. Black Brothers (album Yuanita Budiman) Irama Tara Sites: Discogs, MySpace, & http://Facebook.com/pages/Black-Brothers/121797419900. 2. Black Brothers are a bluesy alternative band from Richmond, VA. Their EP, Disconnect, is available on their bandcamp. blackbrothersva.bandcamp.com Read more on Last.fm. User-contributed text is available under the Creative Commons By-SA License; additional terms may apply.